Lingga, Kepri – Ketika rakyatnya bergulat dengan kesulitan ekonomi dan anggaran daerah sedang dalam mode efisiensi, sosok pemimpin yang seharusnya hadir menjadi penopang harapan justru terlihat menikmati perjalanan ke negeri tirai bambu, Cina. Tak sendiri, sang Bupati Lingga diduga turut membawa rombongan—dan momen itu ramai jadi sorotan tajam netizen di media sosial, terutama Facebook.
Suara publik pun menggelegar. Salah satunya datang dari Humas Melayu Raya Korwil Kabupaten Lingga, Encek Taufik, yang menyayangkan keras aksi sang bupati.
“Apakah kepergian Bupati Lingga ke luar negeri sudah sesuai prosedur? Karena setahu saya, setiap kepala daerah yang bepergian ke luar negeri, wajib mendapat izin dari Mendagri. Ini bukan soal jalan-jalan biasa, ini soal etika kepemimpinan dan rasa keadilan masyarakat!” tegas Encek, Selasa (15/04/2025).
Ia mengutip langsung Pasal 76 ayat (1) huruf i Undang-Undang, yang mengatur bahwa pengajuan izin harus melewati Gubernur untuk kemudian diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri, dengan proses penilaian ketat dan alasan yang jelas. Namun, hingga kini, publik tak mendapatkan jawaban terang—untuk apa dan dalam rangka apa Bupati Lingga melakukan kunjungan ke Cina?
“Sudah sesuai aturan,” kata Sekda. Tapi kegiatannya, kok misterius?”
Menurut informasi dari Sekda Lingga, Armia, yang dikutip beberapa media online, disebutkan bahwa kepergian bupati telah mendapat izin. Namun, tak satu pun penjelasan rinci diberikan mengenai agenda atau manfaat langsung bagi masyarakat dari kunjungan tersebut. Hal ini makin memperkuat kecurigaan publik, bahwa yang terjadi bukan kunjungan kerja, melainkan perjalanan ‘liburan elite’ di tengah derita rakyat.
Encek Taufik pun menyinggung kabar bahwa Bupati Lingga adalah bupati terkaya kedua di Kepulauan Riau, berdasarkan laporan harta kekayaan tanggal 9 Januari 2025 senilai Rp3,24 miliar. Fakta ini menyulut emosi warga yang tengah terjepit beban ekonomi.
“Kalau begini gayanya, jangan heran masyarakat marah. Wajar kalau akun-akun sosial media ramai mengkritik. Di saat rakyat susah, pemimpin kok malah melancong?” ucap Encek dengan nada kecewa.
Simbol Kemewahan di Tengah Penderitaan
Kritik keras Encek Taufik mencerminkan keresahan banyak warga Lingga: rasa ditinggalkan. Ketika pemimpin daerah justru seakan asyik memamerkan gaya hidup mewah, rasa keadilan publik teriris tajam. Ini bukan sekadar perjalanan, ini simbol: simbol bahwa pemimpin dan rakyat hidup di dua dunia yang berbeda.
“Sebagai Humas Melayu Raya dan warga Lingga, saya kecewa. Kalau rakyat bertanya, itu hak mereka. Bahkan wajib!” tutup Encek, lugas namun penuh makna.




