INFO TERKINI, Palopo-Satu tahun berlalu sejak Feni Ere (28) dilaporkan hilang, namun kasus kematiannya yang tragis masih diselimuti misteri. Kepolisian Polres Palopo menuai sorotan tajam lantaran belum mampu mengungkap siapa pelaku di balik kematian Feni, yang ditemukan tinggal kerangka di kawasan KM 35, Kelurahan Battang Barat, Palopo, pada 7 Februari 2025.
Mahasiswa, tokoh adat, hingga keluarga korban menilai penyelidikan kasus ini berjalan lamban dan penuh kejanggalan. Desakan agar Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan mencopot Kapolres Palopo dan Kasat Reskrim pun kian menguat.
Aliansi Mahasiswa Rakyat (Amara) For Feni Ere menggelar aksi unjuk rasa di depan Mapolres Palopo pada Sabtu (8/3). Mereka menilai kepolisian tidak serius menangani perkara ini, terbukti dari minimnya perkembangan meski sudah ada 16 saksi diperiksa.
"Kami menuntut keadilan untuk Feni Ere! Sudah lebih satu tahun kasus ini mengambang tanpa kepastian. Kami mendesak Kapolda Sulsel mencopot Kapolres dan Kasat Reskrim Palopo yang gagal menuntaskan kasus ini!" seru Milyani, jenderal lapangan aksi, dalam orasinya.
Tak hanya berorasi, massa juga menyanyikan lagu kritik sosial dari band punk Sukatani berjudul Bayar Bayar Bayar, menyindir lambannya kinerja aparat.
"Apakah harus bayar dulu baru kerja? Kenapa penyelidikan berjalan begitu lama? Ini adalah cerminan buruknya kinerja kepolisian dalam melindungi masyarakat, khususnya perempuan," tegasnya.
Tak hanya mahasiswa, pemangku adat Uraso, Edward Ratu, turut menyoroti kasus ini. Ia menilai ada kelalaian serius dari pihak kepolisian, sehingga keluarga korban masih terombang-ambing dalam ketidakpastian.
"Sudah satu tahun, tapi belum ada perkembangan berarti. Padahal banyak titik terang sudah ditemukan. Ini bentuk kelalaian yang tidak bisa dibiarkan!" tegas Edward kepada wartawan, Jumat (7/3).
Edward juga mengancam akan membawa masyarakat adat Uraso turun ke jalan jika polisi terus berlarut-larut menangani perkara ini.
"Jika masih lamban dan terkesan main-main, kami akan datang langsung ke Polres Palopo. Kami ingin pelaku segera ditangkap dan kasus ini diusut tuntas!" imbuhnya.
Keluarga Feni Ere masih menyimpan tanda tanya besar atas kematian perempuan malang tersebut. Ayah Feni, Parman, mengungkapkan bahwa sebelum anaknya menghilang, ia menemukan bercak darah di kamar Feni.
"Saya masuk ke kamarnya, ada bercak darah di lantai dan kasurnya. Di belakang pintu ada celana penuh darah," ungkap Parman, Kamis (20/2).
Namun anehnya, barang berharga Feni seperti handphone dan emas masih utuh di kamarnya. Hanya mobilnya yang hilang dan baru ditemukan enam bulan kemudian di Makassar.
"Polisi datang cuma sekali cek kamar setelah laporan. Baru tiga atau empat bulan kemudian baru dapat mobilnya di Makassar. Tapi sampai sekarang tidak ada perkembangan kasusnya," keluh Parman.
Disinyalir Minimnya progres penyelidikan membuat desakan pencopotan Kapolres Palopo semakin nyaring terdengar. Mahasiswa dan masyarakat menilai kepolisian Dinilai gagal bekerja profesional dan transparan dalam mengusut kasus ini.
"Kami mendesak Kapolda Sulsel segera mengevaluasi kinerja Polres Palopo! Jika tidak mampu mengungkap kasus ini, lebih baik Kapolres dan Kasat Reskrim dicopot dari jabatannya!" tegas Milyani.
Sementara itu, pihak kepolisian masih berdalih bahwa proses penyelidikan masih berlangsung.
"Untuk penyelidikan yang mengarah ke pelaku masih tahap penyelidik dan penyidikan," ujar Kasi Humas Polres Palopo AKP Supriadi, Jumat (7/3).Melansir Detiksulsel
Namun pernyataan ini justru semakin membuat publik geram, sebab tak ada kepastian kapan pelaku bisa ditemukan.
Kasus Feni Ere kini bukan hanya sekadar kasus kriminal biasa, tapi juga menjadi simbol buruknya penegakan hukum dan perlindungan terhadap perempuan di Palopo. Jika aparat terus bekerja lamban, bukan tidak mungkin gelombang protes akan semakin besar.(Tim/Red)




